Kegiatan KBM Santri disesuaikan dengan kelas masing-masing, dimulai pukul 01.30.
Menu
Teks Berjalan
Slide
Rabu, 31 Agustus 2016
Santri Pondok
Pesantren Darussalam Tanonsecara rutin menyelenggarakan Mujahadah rutin ini
diawali tepat pukul 21.30 dan diakhiri sebelum pukul 22.00. Selama ini
Mujahadah dan pengajian tersebut dihadiri oleh seluruh santri dan pengurus
pondok. Kegiatan ini terbuka untuk umum semua umat Islam dari berbagai latar
belakang organisasi dan Partai manapun tanpa terkecuali. Mujahadah dan
pengajian ini terbuka untuk seluruh umat yang ingin belajar dan mendalami ilmu
agama serta memperbanyak Dzikir dan Mujahadah. Kegiatan ini dipimpin
langsung oleh Beliau K. M. Zuhdi Asnawi selaku pengasuh Ponpes Darussalam
Tanon.
Selasa, 30 Agustus 2016
Tentang Kitab Amtsilati
Amtsilati adalah kitab atau buku berisi metode membaca kitab
kuning secara cepat, yang digagas oleh KH Taufiqul Hakim, pengasuh Pondok
Pesantren Darul Falah, Bangsri, Jepara, Jawa Tengah.
<>
Secara bahasa, kata “amtsilati” bermakna “contohku”, maksudnya metode yang digagasnya dituangkan dalam bentuk buku dengan banyak contoh agar mudah dipahami bagi yang ingin belajar kitab kuning.
Sang penggagas lahir pada 14 Juni 1975 di Bangsri, Jepara, Jawa Tengah, anak terakhir dari tujuh bersaudara dari ayah dan ibu seorang petani. Setelah belajar ilmu-ilmu dasar keislaman di kampungnya, dia melanjutkan sekolah di Matholiul Falah, Kajen, Pati, sekaligus nyantri di Pondok Pesantren Maslakhul Huda, Kajen, yang diasuh oleh Rais ‘Aam PBNU KH MA. Sahal Mahfudh.
Pada saat yang sama, dia pergi ngalap barakah nyantri di Popongan Klaten dan belajar tarekat Naqsyabandiyah dibimbing oleh KH Salman Dahlawi. Sekarang, dia memimpin pesantren Darul Falah, Jepara, yang didirikannya tahun 2002.
Amtsilati yang digagasnya ditulis dalam buku sebanyak lima jilid: satu jilid tentang Khulashah (ringkasan dan intisari kitab Alfiyah Ibnu Malik, yang kitab aslinya terdiri dari 1000 bait nazham); dua jilid Mutammimah (berarti pelengkap dari Khulashah sebelum masuk ke kaidah-kaidah, seperti pembicaraan tentang nashab, rafa’, dan lain-lain, yang merupakan penerapan dari rumus-rumus yang ada di Khulashah).
Satu jilid Qa`idati (berisi kaidah-kaidah tata bahasa Arab), dan satu jilid Sharfiyyah (berisi tentang pola-pola kata, tambahan-tambahan dalam kata, bentuk masa lalu, masa sekarang, perintah, dan lain-lain).
Sebagaimana khazanah di dunia pesantren, Amtsilati ditemukan dengan berbagai tirakat, wirid, dan ziarah ke makam Mbah Mutamakkin, di Pati.
Pada saat melakukan dzikir-dzikir di makam Mbah Mutamakkin, dia memperoleh vision bertemu dengan pengarang Alfiyah Ibnu Malik, Mbah Mutamakkin, dan Syaikh Muhammad Baha’uddin an-Naqsyabandi. Ini salah satu hal yang mendorong Amtsilati ditulis oleh Taufiqul Hakim.
Alasan lain ada tiga hal: pertama, anggapan bahwa membaca kitab kuning itu sulit, dan memerlukan kemampuan penguasaan atas tata bahasa Arab yang dikaji dalam kitab-kitab yang berat, seperti Alfiyah Ibnu Malik, `Imrithi, dan lain-lain, sehingga perlu kitab yang mempermudah.
Kedua, didorong oleh penemuan metode membaca Al-Qur’an Qira’ati di Semarang, sehingga dibutuhkan metode semacam itu, tetapi dalam hal membaca kitab kuning. Ketiga, tidak semua nazhan-nazham yang dihafalkan dalam kitab kuning yang berkaitan dengan tata bahasa Arab itu digunakan ketika membaca kitab kuning, sehingga dibutuhkan yang ringkas saja.
Metode Amtsilati sebenarnya juga menggunakan nazham tertentu untuk mudah dihafal, terutama Khulashah dan Mutammimah, dan dalam hal ini sama dengan nazham dalam kitab nahwu yang lain. Isinya juga sama dengan kitab-kitab tata bahasa Arab yang lain. Hanya saja, kekhasannya terletak pada.
<>
Secara bahasa, kata “amtsilati” bermakna “contohku”, maksudnya metode yang digagasnya dituangkan dalam bentuk buku dengan banyak contoh agar mudah dipahami bagi yang ingin belajar kitab kuning.
Sang penggagas lahir pada 14 Juni 1975 di Bangsri, Jepara, Jawa Tengah, anak terakhir dari tujuh bersaudara dari ayah dan ibu seorang petani. Setelah belajar ilmu-ilmu dasar keislaman di kampungnya, dia melanjutkan sekolah di Matholiul Falah, Kajen, Pati, sekaligus nyantri di Pondok Pesantren Maslakhul Huda, Kajen, yang diasuh oleh Rais ‘Aam PBNU KH MA. Sahal Mahfudh.
Pada saat yang sama, dia pergi ngalap barakah nyantri di Popongan Klaten dan belajar tarekat Naqsyabandiyah dibimbing oleh KH Salman Dahlawi. Sekarang, dia memimpin pesantren Darul Falah, Jepara, yang didirikannya tahun 2002.
Amtsilati yang digagasnya ditulis dalam buku sebanyak lima jilid: satu jilid tentang Khulashah (ringkasan dan intisari kitab Alfiyah Ibnu Malik, yang kitab aslinya terdiri dari 1000 bait nazham); dua jilid Mutammimah (berarti pelengkap dari Khulashah sebelum masuk ke kaidah-kaidah, seperti pembicaraan tentang nashab, rafa’, dan lain-lain, yang merupakan penerapan dari rumus-rumus yang ada di Khulashah).
Satu jilid Qa`idati (berisi kaidah-kaidah tata bahasa Arab), dan satu jilid Sharfiyyah (berisi tentang pola-pola kata, tambahan-tambahan dalam kata, bentuk masa lalu, masa sekarang, perintah, dan lain-lain).
Sebagaimana khazanah di dunia pesantren, Amtsilati ditemukan dengan berbagai tirakat, wirid, dan ziarah ke makam Mbah Mutamakkin, di Pati.
Pada saat melakukan dzikir-dzikir di makam Mbah Mutamakkin, dia memperoleh vision bertemu dengan pengarang Alfiyah Ibnu Malik, Mbah Mutamakkin, dan Syaikh Muhammad Baha’uddin an-Naqsyabandi. Ini salah satu hal yang mendorong Amtsilati ditulis oleh Taufiqul Hakim.
Alasan lain ada tiga hal: pertama, anggapan bahwa membaca kitab kuning itu sulit, dan memerlukan kemampuan penguasaan atas tata bahasa Arab yang dikaji dalam kitab-kitab yang berat, seperti Alfiyah Ibnu Malik, `Imrithi, dan lain-lain, sehingga perlu kitab yang mempermudah.
Kedua, didorong oleh penemuan metode membaca Al-Qur’an Qira’ati di Semarang, sehingga dibutuhkan metode semacam itu, tetapi dalam hal membaca kitab kuning. Ketiga, tidak semua nazhan-nazham yang dihafalkan dalam kitab kuning yang berkaitan dengan tata bahasa Arab itu digunakan ketika membaca kitab kuning, sehingga dibutuhkan yang ringkas saja.
Metode Amtsilati sebenarnya juga menggunakan nazham tertentu untuk mudah dihafal, terutama Khulashah dan Mutammimah, dan dalam hal ini sama dengan nazham dalam kitab nahwu yang lain. Isinya juga sama dengan kitab-kitab tata bahasa Arab yang lain. Hanya saja, kekhasannya terletak pada.
Pertama, nazham itu diberi arti Arab pegon dengan
miring, seperti ngesahi dalam pesantren, sehingga dengan membaca arti Arab
pegon ini, yang membaca sudah diajak belajar membaca kitab kuning.
Kedua, kalimat Arab pegon yang berbunyi bahasa Jawa itu, kemudian diartikan dengan bahasa latin Jawa, sehingga kalau terjadi kesulitan dalam membaca pegon dengan bunyi Jawa itu, maka bisa merujuk pada latin Jawanya. Langkah kedua ini sangat membantu untuk mengenal dan membaca kitab kuning gundul, karena diberi alat bantu dengan terjemahan latinnnya.
Ketiga, matan nazham itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga ini juga mempermudah lagi bagi mereka yang tidak berbahasa Jawa, atau masih kesulitan dengan langkah dua dan langkah tiga. Ini masih ditambah sebagian ada deskripsi penjelasan-penjelasan, untuk memperjelas pokok pahasan, disertai dengan contoh-contoh, kadang diberi kotak-kotak, beserta kedudukan posisi kata dalam tata bahasa Arab yang memperkaya Amtsilati.
Buku Amtsilati dalam 5 jilid ini, pada awalnya hanya dalam bentuk tulisan tangan, sebagian kemudian difotokopi bagi yang ingin belajar. Setelah itu, tulisan tangan direpro ke dalam komputer yang membutuhkan waktu setahun pengerjaannya, dan kemudian dicetak sendiri oleh penggagas sebanyak 300 buah.
Setelah tercetak terbatas itu, Amtsilati didiskusikan di gedung PWNU Jepara tahun 2002. Sebagian peserta kemudian menjadi informan secara langsung ke publik, sehingga Amtsilati merambah luar Jepara, dan di antaranya digunakan oleh Pesantren Manbaul Qur’an asuhan KH Hafizh di Mojokerto. Setelah itu, Amtsilati dicetak 1000 eksemplar dan dalam kurun waktu 4 tahun setelah cetakan awalnya, telah mencapai 5 juta eksemplar, tersebar Jember, Pasuruan, Madura, Kalimantan, Batam, Malaysia, dan tempat-tempat lain.
Kedua, kalimat Arab pegon yang berbunyi bahasa Jawa itu, kemudian diartikan dengan bahasa latin Jawa, sehingga kalau terjadi kesulitan dalam membaca pegon dengan bunyi Jawa itu, maka bisa merujuk pada latin Jawanya. Langkah kedua ini sangat membantu untuk mengenal dan membaca kitab kuning gundul, karena diberi alat bantu dengan terjemahan latinnnya.
Ketiga, matan nazham itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga ini juga mempermudah lagi bagi mereka yang tidak berbahasa Jawa, atau masih kesulitan dengan langkah dua dan langkah tiga. Ini masih ditambah sebagian ada deskripsi penjelasan-penjelasan, untuk memperjelas pokok pahasan, disertai dengan contoh-contoh, kadang diberi kotak-kotak, beserta kedudukan posisi kata dalam tata bahasa Arab yang memperkaya Amtsilati.
Buku Amtsilati dalam 5 jilid ini, pada awalnya hanya dalam bentuk tulisan tangan, sebagian kemudian difotokopi bagi yang ingin belajar. Setelah itu, tulisan tangan direpro ke dalam komputer yang membutuhkan waktu setahun pengerjaannya, dan kemudian dicetak sendiri oleh penggagas sebanyak 300 buah.
Setelah tercetak terbatas itu, Amtsilati didiskusikan di gedung PWNU Jepara tahun 2002. Sebagian peserta kemudian menjadi informan secara langsung ke publik, sehingga Amtsilati merambah luar Jepara, dan di antaranya digunakan oleh Pesantren Manbaul Qur’an asuhan KH Hafizh di Mojokerto. Setelah itu, Amtsilati dicetak 1000 eksemplar dan dalam kurun waktu 4 tahun setelah cetakan awalnya, telah mencapai 5 juta eksemplar, tersebar Jember, Pasuruan, Madura, Kalimantan, Batam, Malaysia, dan tempat-tempat lain.
(Sumber: Ensiklopedia
NU)
Anggaran Dasar Yayasan Pendidikan Darussalam
Anggaran
Dasar Yayasan, antara lain memuat:
1.
Nama
dan Tempat Kedudukan:
Nama : Yayasan Pendidikan Darussalam
Tempat : dk. Buduran, ds. Kalikobok, kec. Tanon, kab. Sragen
Nama : Yayasan Pendidikan Darussalam
Tempat : dk. Buduran, ds. Kalikobok, kec. Tanon, kab. Sragen
2.
Pendiri
:
- Bapak Pariman
- K. M. Zuhdi Asnawi
- H. Sonhaji
- Bapak Pariman
- K. M. Zuhdi Asnawi
- H. Sonhaji
3.
Struktur
Organisasi Yayasan Darussalam
1.
Pembina
: K.M.
Zuhdi Asnawi
2.
Pengawas : H. Jailani
3.
Ketua : Pariman
4.
Sekretaris : Bani Rosyid
5.
Bendahara : H. Sonhaji
6.
Sie.
Humas :
Sutikno
7.
Sie.
Pembantu Umum : Ismunandar
Tentang Yayasan Pendidikan Darussalam Tanon
Sebagai lembaga
pendidikan, Yayasan Pendidikan Darussalam yang didirikan oleh Bapak Pariman beserta
istrinya tokoh masyarakat
di desa Buduran, kecamatan Tanon, kabupaten Sragen, memiliki formula pendidikan
yang khas yaitu dengan mengkombinasikan unsur pendidikan agama dan umum secara
terpadu dengan porsi yang semestinya. Sistem ini memungkinkan terbentuknya
generasi santri yang dinamis dan tangguh dalam menghadapi tantangan globalisasi
dengan tetap dilandasi oleh kemampuan spiritual yang memadai. Di samping hal
itu, Yayasan Pendidikan Darussalam begitu mengedepankan pendidikan entrepreneurship santri, dengan mendirikan koperasi
yang membawahi berbagai macam bidang usaha diantaranya roti, air dalam kemasan,
tahu, tempe, susu kedelai, dan berbagai kebutuhan santri.
Secara praktikal,
kegiatan pendidikan dilangsungkan dengan sistem syahriyah, tabungan dan membeli
kebutuhan kitab-kitab bagi seluruh santri yang hingga Maret 2016 telah mencapai
jumlah ± 400 santri. pendidikan diselenggarakan dengan satuan pendidikan
formal dari tingkat PAUD, MI, dan SMP.
Dalam proses
pencarian bentuk dan penciptaan formula pendidikan agama, K. M. Zuhdi Asnawi adalah
tokoh sentral yang begitu inspiratif menemukan konsep pendidikan yang dinamis
dan selalu relevan dengan zaman. Sedangkan pihak yayasan adalah penentu utama
arah kebijakan pendidikan umum yang merintis konsep dan menciptakan berbagai
inovasi baru bagi dunia pendidikan. Dengan demikian, karakter pendidikan
terbangun apik dengan sinergis yang saling melengkapi satu sama lain.
Yayasan Pendidikan Darussalam terletak di dk. Buduran, ds. Kalikobok,
kec. Tanon, kab. Sragen merupakan
yayasan Islam yang dibentuk dan dinotariskan nomor 12 pada tanggal 23 Januari 2015 mempunyai visi dan misi serta bertujuan menyediakan pusat/kawasan pendidikan yang islami dengan konsep pendidikan
terpadu. Pemikiran ini dilandasi bahwa Tanon yang merupakan daerah dengan budaya ke Islaman yang kuat.
Berawal dari pemikiran tersebut kami yang tergabung
dalam kepengurusan Yayasan Pendidikan Yayasan Pendidikan Darussalam yang berlatar belakang dan berasal dari berbagai profesi berharap dapat
mewujudkan suatu wadah pendidikan yang berkonsepkan Islam dan sekaligus dapat
menyantuni anak-anak Yatim / Piatu dan tidak mampu (Dhuafa), yang sekaligus
dapat dijadikan tempat penggemblengan generasi muda yang Islami dan madani yang
mempunyai keimanan dan ketaqwaan yang tinggi berguna bagi Agama, Nusa dan
Bangsa serta masa depannya sendiri.Minggu, 21 Agustus 2016
Sejarah Terciptanya Kitab Amtsilati
Menurut penuturan KH. Taufiqul Hakim, metode Amtsilati yang ditemukannya tersebut diperoleh setelah berpayah-payah menjalani laku tirakat yang sangat serius. Ia berkeyakinan bahwa hanya dengan demikian, Allah akan memberikan kemudahan kepadanya. “Mulai tanggal 27 Rajab 2001, saya banyak merenung dan bermujahadah. Dan dalam thoriqoh yang saya anut ada sebuah do’a khusus, yang jika dilakukan secara ikhlas, insyaallah Allah akan memberikan kemudahan dan jalan keluar dari masalah seberat apapun dalam jangka waktu kurang dari 4 hari. Saban hari saya lakukan mujahadah terus-menerus sampai tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan Nuzulul Qur’an,” katanya, seperti yang dijelaskan dalam buku kecil tulisannya tentang latar belakang lahirnya “Amtsilati”.
Terlepas percaya atau tidak, saat bermujahadah tersebut ia mengaku sekan-akan berjumpa dengan Syekh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandiyyah, Syekh Ahmad Mutammakin dan Ibnu Malik dalam keadaan antara tidur dan sadar. Sejak saat itu seakan ada dorongan tenaga yang sangat kuat yang menggerakkannya untuk terus menulis dan menulis. Siang dan malam ia melakukannya tanpa sedikitpun mengenal lelah. Sampai akhirnya, ia berhasil secara cemerlang merampungkan tulisannya tersebut. Tepatnya tanggal 27 Ramadlan tahun 2001 masehi. Terhitung hanya sepuluh hari ia menyelesaikan tulisannya tersebut dalam bentuk tulisan tangan biasa.
Lewat tangan-tangan budiman naskah asli tulisan tangan tersebut di repro kembali dalam bentuk tulisan Komputer. Proses komputerisasi itu sendiri mulai dari Khulashoh sampai Amtsilati membutuhkan waktu hampir setahun. Kemudian dicetak sebanyak 300 set. Menindaklanjuti penemuan ini, atas prakarsa Bapak Nur Kholis, salah seorang sahabat KH. Taufiqul Hakim, metode Amtsilati di perkenalkan ke hadapan publik melalui bedah buku yang diselenggarakan di gedung Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Jepara, tepatnya tanggal 16 juni 2002. Dan sudah jamak terjadi bahwa pengenalan metode Amtsilati ini pun tak lepas dari pro dan kontra.
Namun, justru dari sinilah, titik awal (nuqthotul Ula) metode Amtsilati tersebut mulai dikenal secara luas. Secara perlahan melalui tangan-tangan budiman pula, metode ini merambah Mojokerto. Ada yang mengatakan bahwa KH. Hafidz, pengasuh pondok pesantren “Manba’ul Qur’an”, adalah orang yang berjasa mengenalkan sistem cepat baca kitab kuning Metode Amtsilati ini. Dan atas dukungan tangan dermawan Bapak H. Syauqi Fadli –semoga Allah memberikan keberkahan pada hartanya—Amtsilati dicetak sebanyak 1000 set.
Secara meyakinkan, melalui forum yang diadakan oleh Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jombang, amtsilati terus menuai dukungan. Geliat amtsilati lalu terdengar di Jember, Pasuruan, kemudian Pamekasan (Madura). Dan sampai saat ini amtsilati telah tersebar ke pelosok Jawa, bahkan sudah sampai ke luar Jawa, seperti Kalimantan, Batam dan juga luar negeri, seperti Malaysia. Dalam kurun waktu 4 tahun, amtsilati sudah diterbitkan tidak kurang dari 5 juta eksemplar, sebuah hasil yang cukup menakjubkan.
Dulunya, kitab Amtsilati tersebut digandakan dengan mesin foto copy. Setelah dirasa cukup menghasilkan, dari mesin foto copy itu amtsilati naik ke percetakan. Kemudian, dari hasil penjualan yang terus mengalami peningkatan itu digunakan untuk membeli mesin cetak sendiri. Setiap kali cetak berhasil secara ajeg menembus angka 5000 ekslempar. Pegawai percetakan mandiri ini adalah masyarakat sekitar, bahkan banyak diantaranya adalah para ibu rumah tangga. Ya, ini adalah berkah tersendiri dari amtsilati.
Terlepas percaya atau tidak, saat bermujahadah tersebut ia mengaku sekan-akan berjumpa dengan Syekh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandiyyah, Syekh Ahmad Mutammakin dan Ibnu Malik dalam keadaan antara tidur dan sadar. Sejak saat itu seakan ada dorongan tenaga yang sangat kuat yang menggerakkannya untuk terus menulis dan menulis. Siang dan malam ia melakukannya tanpa sedikitpun mengenal lelah. Sampai akhirnya, ia berhasil secara cemerlang merampungkan tulisannya tersebut. Tepatnya tanggal 27 Ramadlan tahun 2001 masehi. Terhitung hanya sepuluh hari ia menyelesaikan tulisannya tersebut dalam bentuk tulisan tangan biasa.
Lewat tangan-tangan budiman naskah asli tulisan tangan tersebut di repro kembali dalam bentuk tulisan Komputer. Proses komputerisasi itu sendiri mulai dari Khulashoh sampai Amtsilati membutuhkan waktu hampir setahun. Kemudian dicetak sebanyak 300 set. Menindaklanjuti penemuan ini, atas prakarsa Bapak Nur Kholis, salah seorang sahabat KH. Taufiqul Hakim, metode Amtsilati di perkenalkan ke hadapan publik melalui bedah buku yang diselenggarakan di gedung Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Jepara, tepatnya tanggal 16 juni 2002. Dan sudah jamak terjadi bahwa pengenalan metode Amtsilati ini pun tak lepas dari pro dan kontra.
Namun, justru dari sinilah, titik awal (nuqthotul Ula) metode Amtsilati tersebut mulai dikenal secara luas. Secara perlahan melalui tangan-tangan budiman pula, metode ini merambah Mojokerto. Ada yang mengatakan bahwa KH. Hafidz, pengasuh pondok pesantren “Manba’ul Qur’an”, adalah orang yang berjasa mengenalkan sistem cepat baca kitab kuning Metode Amtsilati ini. Dan atas dukungan tangan dermawan Bapak H. Syauqi Fadli –semoga Allah memberikan keberkahan pada hartanya—Amtsilati dicetak sebanyak 1000 set.
Secara meyakinkan, melalui forum yang diadakan oleh Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jombang, amtsilati terus menuai dukungan. Geliat amtsilati lalu terdengar di Jember, Pasuruan, kemudian Pamekasan (Madura). Dan sampai saat ini amtsilati telah tersebar ke pelosok Jawa, bahkan sudah sampai ke luar Jawa, seperti Kalimantan, Batam dan juga luar negeri, seperti Malaysia. Dalam kurun waktu 4 tahun, amtsilati sudah diterbitkan tidak kurang dari 5 juta eksemplar, sebuah hasil yang cukup menakjubkan.
Dulunya, kitab Amtsilati tersebut digandakan dengan mesin foto copy. Setelah dirasa cukup menghasilkan, dari mesin foto copy itu amtsilati naik ke percetakan. Kemudian, dari hasil penjualan yang terus mengalami peningkatan itu digunakan untuk membeli mesin cetak sendiri. Setiap kali cetak berhasil secara ajeg menembus angka 5000 ekslempar. Pegawai percetakan mandiri ini adalah masyarakat sekitar, bahkan banyak diantaranya adalah para ibu rumah tangga. Ya, ini adalah berkah tersendiri dari amtsilati.
Sejarah Berdirinya Kitab Amtsilati
Siapa sih yang tidak ingin bisa memahami tulisan-tulisan berbahasa Arab
secara baik dan benar? Tidak ada yang bisa meragu, kitab suci Al-Qur’an dan
teks-teks hadits Nabi serta sebagian besar khasanah keislaman disuguhkan dengan
bahasa dan tulisan Arab. Ada yang berlebihan bahkan menyebut bahasa Arab
sebagai bahasa surga.
Akan tetapi melihat huruf-huruf yang kelihatan ruwet dalam kitab-kitab kuning atau kitab gundul itu orang menjadi ngeri. Yang menakutkan lagi, jika orang ingin bisa berbahasa Arab harus mengeram berlama-lama di pesantren, sampai tua dan tidak sempat menikah.
Orang harus belajar ilmu nahwu, memutar-mutar harakat sampai ngelu; harus
belajar ilmu sharaf yang menegangkan saraf, satu kata dibolak-balik menjadi
puluhan kata, puluhan makna. Banyak yang ketakutan bahwa bahasa Arab adalah
bahasa tersulit di dunia.
Hal itulah yang menginspirasi Taufiqul Hakim, seorang kiai muda usia, untuk
menyusun metode pembelajaran kitab kuning secara cepat, tepat, dan
menyenangkan. Metode itu diberi nama ”Amtsilati” yang terinspirasi dari metode
belajar cepat membaca Al-Quran, yakni ”Qiro’ati”. Jika dalam metode Qiro’ati
orang bisa belajar membaca Al-Qur’an dengan cepat, maka dengan metode Amtsilati
orang akan dapat membaca dan memahami kitab ‘gundul’ kitab tanpa harakat,
kenapa tidak!!
“Terdorong dari metode Qiro’ati yang mengupas cara membaca yang ada
harokatnya, saya ingin menulis yang bisa digunakan untuk membaca yang tidak ada
harokatnya. Terbetiklah nama Amtsilati yang berarti beberapa contoh dari saya yang
sesuai dengan akhiran “ti” dari Qiro’ati.
Mulai tanggal 27 Rajab 2001, saya merenung dan bermujahadah, dimana dalam
thoriqoh ada do’a khusus, yang jika orang secara ikhlas melaksanakannya, insya
Allah akan diberi jalan keluar dari masalah apapun oleh Allah dalam jangka
waktu kurang dari 4 hari. Setiap hari saya lakukan mujahadah terus-terusan
sampai tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan Nuzulul Qur’an,” katanya.
”Saat mujahadah, kadang saya ke makam Mbah Ahmad Mutamakin. Di situ kadang
seakan-akan berjumpa dengan Syekh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandiyyah, Syekh
Ahmad Mutammakin dan Ibnu Malik dalam keadaan setengah tidur dan setengah
sadar. Hari itu seakan-akan ada dorongan kuat untuk menulis. Siang malam saya
ikuti dorongan tersebut dan akhirnya tanggal 27 Ramadlan selesailah penulisan
Amtsilati dalam bentuk tulisan tangan. Amtsilati tetulis hanya sepuluh hari.”
”Kemudian diketik komputer oleh Bapak Nur Shubki, kang Toni dan kang Marno.
Proses pengetikan mulai dari Khulashoh sampai Amtsilati memakan waktu hampir 1
tahun. Kemudian dicetak sebanyak 300 set. Sebagai follow up terciptanya
Amtsilati, kami gelar bedah buku di gedung Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten
Jepara, tanggal 16 juni 2002 diprakarsai Bapak Nur Kholis. Sehingga timbullah
tanggapan dari peserta yang pro dan kontra.”
Diceritakan, Salah satu dari peserta bedah buku di Jepara kebetulan
mempunyai kakak di Mojokerto yang menjadi pengasuh Pesantren. Beliau bernama
KH. Hafidz pengasuh pondok pesantren “Manba’ul Qur’an”. Beliau berinisiatif
untuk menyelenggarakan pengenalan sistem cepat baca kitab kuning Metode
Amtsilati, tanggal 30 Juni 2002. untuk acara tersebut Bapak H. Syauqi Fadli
sebagai donatur, menyarankan agar dicetak 1000 set buku Amtsilati dan sekaligus
untuk acara Hubbur Rosul di Ngabul Jepara.
Dari Mojokertolah dukungan mengalir sampai ke beberapa daerah di Jawa Timur
melalui forum yang digelar oleh Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jombang, Jember,
dan Pamekasan Madura. Sampai saat ini Amtsilati telah tersebar ke pelosok Jawa,
bahkan sudah sampai ke luar Jawa, seperti Kalimantan, Batam dan Alhamdulillah
telah dikenal di luar negeri, seperti Malaysia. Dalam waktu 4 tahun kitab
amtsilati sudah diterbitkan tidak kurang dari 5 juta exemplar.
Kitab Amtsilati pertama kali digandakan dengan mesin foto copy. Hasil
penjualannya dipakai untuk menggandakan Amtsilati di mesin percetakan.
Kemudian, hasil penjualan selanjutnya digunakan untuk membeli mesin cetak
sendiri. Setiap kali cetak sejumlah 5000 ekslempar. Pegawai percetakan adalah
masyarakat sekitar, termasuk ibu-ibu rumah tangga.
Sumber http://www.amtsilati.com/
Sumber http://www.amtsilati.com/
Profil singkat KH. Taufiqul Hakim
Taufiqul Hakim lahir pada 14 Juni 1975 di Sidorejo RT. 03 RW. 12 Bangsri,
Jepara, Jawa Tengah. Dia adalah anak terakhir dari tujuh bersaudara. Dia bukan
keterunan kiai atau bangsawan. Ayah dan ibunya hanya petani. Dari tujuh
bersaudara hanya dia yang berprofesi sebagai seorang guru, dan saat ini dia
dikenal sebagai kiai. Hal yang paling disesalinya adalah ketika ayahnya
meninggal, dia tidak sempat ikut mengantarkan jenazah ayahnya karena harus
menyelesaikan tugas belajar.
Dia adalah alumnus Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Pati. Ketika
menjadi siswa di Matholiul Falah, dia juga nyantri di Pondok Pesantren
Maslakhul Huda Kajen, yang diasuh oleh Rais “am PBNU KH. MA. Sahal Mahfudh.
Pada tahun yang sama dia nyantri di Popongan Klaten, belajar Thariqah
an-Nagsabandiyah dibimbing oleh KH. Salman Dahlawi, dan dinyatakan lulus
setelah belajar selama 100 hari.
Selain sibuk mengajar dan mengisi pelatihan-pelatihan Amtsilati di berbagai
kota di Indonesia dia juga tetap produktif menulis. Di antara karyanya adalah
Program Pemula Membaca Kitab Kuning: Amtsilati jilid 1-5; Qaidati: Rumus dan
Qaidah, Shorfiyah: Metode Praktis Memahami Sharaf dan I’lâl, Tatimmah: Praktek
Penerapan Rumus 1-2, Khulashah Alfiyah Ibnu Malik, ‘Aqidati: Aqidah Tauhid,
Syari’ati: Fiqih, Mukhtarul Hadits 1-7, Muhadatsah, Kamus At-Taufik 587
halaman, Fiqih Muamalah 1-2, Fiqih Jinayat, Fikih Taharah, Fikih Munakahat,
Fikih Ubudiyah 1-2, dan beberapa kitab lainnya. Sudah ada sekitar 30 buku, dan
masih terus menulis. “Di mana saja menulis, di mobil, di mana saja menulis.
Kalau ada mud menulis, kalo tidak, ya tidak,” katanya.
Pesantren Darul Falah yang dipimpinnya kini membimbing tidak kurang dari
650 santri. Santri Darul Falah ada dua kategori: santri tetap dan santri
kilatan. Santri tetap harus mengikuti semua aturan yang ada dalam program
Amtsilati, sementara santri kilatan tidak diwajibkan banyak hafalan. Masa
belajar bagi santri kilatan antara 1 minggu s.d. dua bulan saja.
Nama Al-Falah diambil dari nama pesantren Matholiul Falah, tempat dia
pernah menjadi santri. Secara tidak resmi, Darul Falah ada sejak Taufiqul Hakim
lulus dari Pesantren. Secara resmi, Darul Falah didaftarkan ke Notaris (Bapak
H. Zainurrohman, S.H. Jepara) tanggal 01 Mei 2002 dengan nomor registrasi 02.
***
Awalnya Tufiqul hakim menyimpulkan bahwa ternyata tidak semua nadzam atau
syair dalam kitab Alfiyah yang disebut-sebut sebagai babonnya gramatikal arab
itu tidak semuanya digunakan dalam praktek membaca kitab kuning. Dia
menyimpulkan bahwa dari 1000 nazham Alfiyah yang terpenting hanya berjumlah
sekitar 100 sampai 200 bait, sementara nazham lainnya sekedar penyempurna.
Dengan bekal hafalan dan pemahamannya terhadap kitab Alfiyah, dia mulai
menyusun metode Amtsilati. Penyusunan tersebut dia mulai dari peletakan
dasar-dasarnya kemudian terus berkembang sesuai kebutuhan.
Amtsilati memberi rumusan berpikir untuk memahami bahasa Arab. Di sana ada
rumusan sistematis untuk mengetahui bentuk atau posisi satu kata tertentu. Hal
ini dapat dilihat pada rumus utama isim dan fi’il atau tabel. Lalu juga ada
rumus bayangan dhamīr untuk mengetahui jenis atau kata tertentu; penyaringan
melalui dzauq (sensitivitas) dan siyāqul kalām (konteks kalimat).
Sebelum memasuki praktek, Amtsilati telah memberi rambu-rambu mengenai
kata-kata yang serupa tapi tak sama (homonimi: homografi, homofoni). Kata-kata
yang serupa ini bisa terjadi dari beberapa kemungkinan: isim; fi’il mādhi;
fi’il mudhāri’; fi’il amar; isim fi’il; huruf; dhamīr; isyrāh; maushūl; dan
lainnya. Rumus selengkapnya terangkum dalam buku Tatimmah 1 hal. 3-7, 10, 12,
15-34.
Kelebihan Amtsilati adalah peletakan rumus secara sitematis, dan
penyelesaian masalah gramatikal Bahasa Arab melalui penyaringan dan
pentarjihan. Selain itu, rumus yang pernah dipelajari diikat dengan hafalan
yang terangkum dalam dua buku khusus, yaitu “Rumus Qaidati” dan “Khulashah
Alfiyah”. Diharapkan, para pemula tidak perlu bersusah-susah mempelajari bahasa
Arab selama 3 sampai 9 tahun; cukup 3 sampai 6 bulan saja.
Sumber : http://www.amtsilati.com/
Langganan:
Postingan (Atom)